BUDIDAYA BELIMBING
BELIMBING
( Averrhoa Carambola )
1. SEJARAH SINGKAT
Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang
berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai
negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia.
Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home
yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai
tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah
belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”,
dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah
belimbing “Florida”.
2. JENIS TANAMAN
Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan
sebagai berikut:
- Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
- Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji)
- Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
- Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
- Ordo : Oxalidales
- Famili : Oxalidaceae
- Genus : Averrhoa
- Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi
L. (belimbing
wuluh)
Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing,
diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak
kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan,
Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas
belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar
maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya
sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain
dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll,
menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan
dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana
pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan
dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usahatani
secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993 negara
ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220 mt (metrik
ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok ke Hongkong, Singapora, Taiwan,
Timur Tengah, dan Eropa Barat.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
- Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
- Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
- Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).
- Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
5.2. Media Tanam
- Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.
- Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
- Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing
yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih dan Bibit
Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu
menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok,
okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji
tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda
dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan
generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang
bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan
cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus
pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten,
susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal
dari biji (pembiakan generatif). Tata cara penyiapan batang bawah
untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut:
- Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.
- Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung dalam suatu wadah.
- Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.
- Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya berkisar antara 12–14 %.
- Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau langsung disemai di persemaian.
3) Teknik Penyemaian Benih
Penyiapan lahan persemaian meliputi tahapan sebagai
berikut:
- Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur.
- Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari. c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.
- Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
- Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.
- Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.
Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah sebagai
berikut:
- Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C) selama 30 menit atau lebih.
- Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di tempat yang lembab selama beberapa waktu.
- Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.
- Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
- Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.
- Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap 3 bulan sekali.
c) Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong
bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan penyemprotan
pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang
dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Penyapihan (pendederan bibit pada umur 6–8 bulan
dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah
diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan
adalah 2.000 m 2 , yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000
bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri
atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan
lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami
ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena
umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air. Ciri
lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut berada di
suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbing
di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
2) Pembukaan Lahan
Tentukan areal lahan yang strategis dan subur, cara
pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan) tanah
lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan
selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk
kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m 2 kemudian rapikan
bedengan sambil icampurkan dengan tanah atas secara merata, dan
dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan
selanjutnya lahan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm,
tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bedengan sebaiknya
membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu
di sisi Timur bedengan setinggi 100–150
cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.
cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Penetuan jarak tanam dan pola tanam biasanya relatif
tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila areal lahan
cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar
6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m
dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen
dan dipelihara intensif.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Sebelum bibit ditanam, terlebih dulu dibuat lubang
tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali sedalam
50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang diangin-anginkan
selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian atas
dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1. Selain
itu juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1 genggam per lubang
tanam. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali
ke dalam lubang.
3) Cara Penanaman
Lubang yang sudah dipersiapkan untuk ditanami seperti
diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami, tetapi dibiarkan
selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. Bila yang ditanam bibit
okulasi klon B17, maka pada waktu ditanam di lapang harus dikombinasikan/diseling
dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8 tanaman B17 ditengah-tengahnya
ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk membantu penyerbukan,
karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17
ini bersifat male sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.
ini bersifat male sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih
leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang
dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang
bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada
100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan
saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga
bermekaran.
2) Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan
Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar
tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan
hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan
untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan.
Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan.
3) Pemupukan
Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg
pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25 kg
pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan
50 kg pupuk kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas
diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media
tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan
diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi
pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr
dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.
pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr
dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang
hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak
masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan
dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila
rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu. Penyiraman
dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai
daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman
ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase
dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman
belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan
pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan ‘Thamaron
Super’ yang takarannya disesuaikan
dengan dosis yang tertera pada kemasan.
dengan dosis yang tertera pada kemasan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Lalat buah (Dacus pedestris)
Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan
dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur
yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur
pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang
kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk
dan berguguran. Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan
buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan
dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang
sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas.
2) Hama lain: kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla
smaragdina) dan kelelawar.
Pengendalian: kutu daun dan semut dapat disemprot
dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC dll, sedangkan
kelelawar harus dengan cara dihalau.
7.2. Penyakit
1) Bercak daun
Penyebab: cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala:
terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada
anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok,
bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian:
dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot
fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan, dll.
2) Penyakit kapang jelaga
Penyakit ini hidup sebagai saprofit pada madu yang
dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup
oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis.
Pengendalian: disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya
Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi
oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim.
Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing
sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90
hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya
dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna
buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah
atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing.
8.2. Cara Panen
Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong
tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih
buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi
hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik).
Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung) dalam
suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.
8.3. Periode Panen
Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana
pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing
dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak)
biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul
yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat
mencapai antara 150–300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam
5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250–400 pohon dengan
produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata
160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton.
9. PASCAPANEN
Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen
lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan
penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut:
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan
yang teduh.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran
yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat atau diserang
hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin menempel
dengan alat bantu kuat lembut (halus).
9.3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat)
yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan kotak karton
berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat
C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
- Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue atau polysterene net.
- Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat penjualan/penampungan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun
secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara
5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara
250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun,
dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat
produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada
panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,-
sampai Rp.
5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan,
panen/pascapanen, dll.
5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan,
panen/pascapanen, dll.
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan
makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan
gizi dari buah-buahan. Pada tahun
1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010– 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.
1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010– 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian
mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi ..........................
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : ......................
11.4 Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti
terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak
20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak
bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum
20 buah untuk dianalisis.
- Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
- Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
- Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
- Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
- Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu
orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain
yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan
diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan
ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat
bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
12. DAFTAR PUSTAKA
- Bagaimana memupuk belimbing dengan benar.- Trubus Januari 1989 : 16.
- Belimbing unggul dari Demak.- Janur Seloka, Mei 1993 : 3.
- Ciri-ciri bibit belimbing unggul.- Trubus, September 1989 : 102.
- Citra Cipaku, PT.- Pengusahaan bibit manggis dan belimbing di Citra Cipaku.-Bogor : Citra Cipaku, 1997?
- Memberantas semut pada pohon belimbing.- Suara Karya, 15 Pebruari 1989 : 8.
- Mengatasi lalat buah pada belimbing.- Trubus, April 1990 : 160.
- Pusat Informasi Pertanian Trubus.- Kumpulan Kliping Belimbing: pengenalan jenis, budidaya, pascapanen, pemasaran.- Jakarta : PIP-Trubus, 1993.
- Rukmana, Rahmat.- Belimbing.- seri Tabulampot, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1996.
- Ternyata buah belimbing berkhasiat sebagai obat penyembuh.- Bisnis Indonesia, 4 April 1993 :9. Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS
No comments:
Post a Comment