Pages

Saturday, 12 January 2013

BUDIDAYA KELAPA KOPYOR

Kelapa Kopyor (Cocos mucifera L)

Kelapa kopyor merupakan komoditas andalan yang bernilai ekonomi tinggi dan di cirikan oleh daging buah yang bertekstur gembur dan sebagian besar tidak melekat di tempurungnya serta rasa yang gurih pada buah yang mudah. Di Filipina,  Jenis kelapa ini di sebut makapuno, di Srilangka dan Thailand disebut dikiri. Buah kopyor ini di duga berasal dari tanaman kelapa yang mengalami mutasi genetik secara alamiah. Kelapa berbuah kopyor adalah mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Buah kelapa kopyor dapat dipasarkan dalam bentuk segar dan siap saji maupaun melalui pengolahan lebih dahulu
Di Indonesia, pemanfaatan kelapa kopyor lebih ditujukan untuk kebutuhan konsumsi bahan pangan berupa es kopyor, es krim kopyor, koktil, selei kopyor dan bahan campuran kue. Di Filipina, jenis produk yang dapat dihasilkan dari kelapa kopyor lebih beragam dan berkembang, antara lain makapuno coconut candy, pure makapuno preserve (buah kaleng), bokupai (kue kelapa) dan manisan. Produk produk ini telah di pasarkan secara luas di Filipina.
Hasil survei  yang di laksanakan Balitka pada tahun 2006 menunjukan bahwa kelapa kopyor  terdiri atas dua tipe, yaitu tipe Dalam dan tipe Genjah. Tipe Dalam terdapat di Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur) dan Pati (Jawa Tengah).
Di Kabupaten Pati Kelapa Kopyor Tipe Genjah tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Tayu, Dukuhseti, Margoyoso, Wedarijaksa, Gembong dan Trangkil. Pertanaman kelapa kopyor ini dijumpai dalam bentuk tanaman tunggal dan populasi.
Berdasarkan riset Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan menilai kelapa kopyor (Cocos mucifera L) di Pati, Jawa Tengah, terbaik di Indonesia. Kelapa kopyor di kota bumi mina tani itu mendekati persentase kemurnian kelapa kopyor yang dikembangkan dengan teknik kultur embrio.
BUDIDAYA KELAPA KOPYROR SECARA SINGKAT :
Secara alami, tanaman kelapa kopyor tipe Dalam hanya menghasilkan buah kopyor 1-2 butir per tandan. Hal ini disebabkan  kelapa tipe Dalam termasuk tanaman menyerbuk silang sehingga peluang bertemunya gen resisif  pada bunga betina dan serbuk sari relatif kecil. Kelapa kopyor tipe Genjah  menghasilkan buah kopyor  per tandam  lebih banyak dari tipe Dalam, kadang kadang dapat mencapai 50% hal ini disebabkan kelapa tipe Genjah termasuk tanaman menyerbuk  sendiri sehingga peluang  bertemunya gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari lebih besar.
Buah kelapa kopyor tipe Dalam terdiri atas 3 warna, yitu hijau, hijau kekuningan dan coklat, hijau kekuningan, sedangkan buah kelapa kopyor tipe Genjah terdiri atas 5 warna, yaitu; hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning, (gading wulan) dan orange (gading). Berdasarkan tipe buah, kelapa kopyor dengan daging buah yang tebal dan buahnya berwarna hijau dan coklat memiliki rasa yang lebih enak dan gurih.
Perbanyakan kelapa kopyor dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, cara konvensional, menggunakan benih yang berasal dari tandan yang menghasilkan buah kopyor. Tanaman yang di perbanyak dengan cara ini apabila telah berproduksi hanya menghasilkan  1-2 butir/tandan. Cara ini telah dilakukan oleh petani di kabupaten Pati. Kedua cara in vitro, yaitu menumbuhkan embrio dari buah kopyor pada media tumbuh buatan dalam kondisi aseptik di laboratorium. Tanaman yang di hasilkan dengan cara ini akan menghasilkan 90% hingga 100% buah kopyor. Tanaman kelapa kopyor yang di perbanyak dengan cara ini telah di tanam di Ciomas (Bogor), Riau dan Kalimantan Timur.
Oleh karena sifat sifat menyerbuk silang, maka bibit kelapa kopyor tipe Dalam hasil teknik in vitro harus di tanam pada areal teisolasi dari pertanaman kelapa biasa. Jarak yang dapat di tolelir adalah 400 m. Sebaliknya karena sifat menyerbuk sendiri, bibit kelapa kopyor tipe Genjah dapat di tanam pada areal yang tidak terisolasi terlalu ketat seperti tipe Dalam.
Seperti halnya dengan jenis tanaman kelapa lainnya, tanaman kelapa kopyor dapat di serang hama dan penyakit. Jenis hama utama yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain Plesispa rechei Chapuis, Brontispa longissima Gestro, Oryctes rhinoceros L. dan Artona catoxantha. Penyakit yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain; bercak daun, busuk kering, busuk janur, pendarahan batang, busuk pucuk, gugur buah dan penyakit yang di sebabkan oleh Phytoplasma. Pengendalian hama dan penyakit saat ini adalah dengan cara pegendalian hama dan penyakit terpadu dengan konsepsi analisis ekonomi.
Perhitungan kelayakan invenstasi kelapa kopyor berdasarkan atas pedoman teknik budidaya kelapa secara umum, yang meliputi; pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Secara umum, usaha tani kelapa kopyor cukup menjanjikan tetapi investasi yang di lakukan harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan investasi
SEKILAS TENTANG KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI
Berdasarkan riset Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan menilai kelapa kopyor (Cocos mucifera L) di Pati, Jawa Tengah, terbaik di Indonesia. Kelapa kopyor di kota bumi mina tani itu mendekati persentase kemurnian kelapa kopyor yang dikembangkan dengan teknik kultur embrio.
Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Witjaksana Darmosaskoro menyatakan hal itu seusai menandatangani kerja sama pembudidayaan kelapa kopyor bersama kelompok tani “Sarwono Makmur”, Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pati, pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, di Ruang Pragolo Setda Kabupaten Pati.
Menindaklanjuti hal itu, PPKS membeli 1.200 kelapa kopyor grade C (berdiameter 15 sentimeter) dari petani. PPKS akan mengambil embrio kelapa kopyor itu untuk dibudidayakan dengan teknik kultur embrio.
Pati mengembangkan kelapa kopyor sejak 50 tahun lalu. Jenis kelapa kopyor yang dikembangkan adalah kelapa genjah hijau kopyor, genjah coklat kopyor, genjah kuning kopyor, dan oranye kopyor. Batang induk pohon kelapa kopyor itu sebanyak 1.951 pohon. Induk itu tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Tayu, Dukuhseti, dan Margoyoso. Kelapa kopyor itu dikembangkan di tepi jalan, pekarangan, tepi sungai, dan kebun.
Hingga kini menurut Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, luas tanam kelapa kopyor di Kabupaten Pati mencapai 378,09 ha. Tiga kecamatan yang memiliki areal per tanaman terluas yaitu Dukuhseti, Tayu, dan Margoyoso, dengan luas berturut-turut 132,60 ha,  131,55 ha, dan 69,50 ha.
Populasi kelapa genjah kopyor Pati, memiliki enam variasi warna buah, yaitu hijau, hijau kecoklatan, coklat, coklat kehijauan, kuning, dan oranye (gading), namun yang paling dominan adalah yang berwarna hijau, kuning, dan coklat. Ketiga varietas kelapa genjah kopyor tersebut menurut Pudjo telah dilepas Menteri Pertanian pada 29 Desember 2010 sebagai varietas unggul dengan nama Kelapa Genjah Coklat Kopyor, Kelapa Genjah Hijau Kopyor, dan Kelapa Genjah Kuning Kopyor. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) No. 3995/KPTR/SR/120/12/2010 yang siap dilepas untuk kelapa genjah varietas genjah cokelat kopyor. Berikutnya varietas genjah hijau kopyor dengan sertifikat No. 3936/KPTR/SR/120/12/2010, sedangkan genjah kuning kopyor sertifikat No. 3997/KPTR/SR/120/12/2010. Dengan adanya SK Menteri Pertanian itu, otomatis Kabupaten Pati sudah memiliki kekuatan hukum yang pasti sehingga diperlukan pengawasan yang benar-benar intensif agar hak kekayaan lokal yang sudah mendapat pengakuan secara nasional itu tidak dinikmati pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment